“Jadi, akh Tif, berda’wah itu mirip dengan pekerjaan seorang
petani. Biji yang ditanam tidak cukup hanya dibenamkan ke tanah lalu
ditinggalkan. Kemudian kita berharap akan kembali pada suatu hari untuk
memetik hasilnya.
Mustahil itu ! Mustahil !
Tanaman itu harus disiram setiap hari, dijaga, dipelihara, dipagari,
bahkan kalau tunas-tunasnya mulai tumbuh, kita harus menungguinya, sebab
burung-burung juga berminat pada pucuk-pucuk segar itu.
Jadi, para mad`u (pengikut da’wah) kita harus di-ri’ayah
(dirawat), ditumbuhkan, diarahkan, dinasehati sampai dia benar-benar
matang. Dijaga alur pembinaannya, ditanamkan motivasi-motivasi, dibangun
keikhlasan mereka, didengarkan pendapat-pendapatnya, bahkan kita perlu
sesekali bepergian dengannya. Agar kita memahami betul watak kader
da’wah kita sebenarnya……”
sumber: majalah Saksi edisi Juli 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar