News Update :

18/10/12

Curhat Seorang Bujangan, Pada Catatan Hariannya

Hari-hari yang kulalui saat ini adalah hari-hari yang penuh kegersangan, begitu padat dengan kegelisahan, teramat sarat akan kegalauan. Aku merasakan betul betapa jiwa ini perlu berbagi keluh, kisah, suka, duka, berbagi, berbagi, dan berbagi. Kepada siapa aku berbagi? Jika jawabannya kepada Allah, itu mah sudah pasti atuh! Yang hendak aku soroti dalam hal ini, dalam tataran atau dalam posisiku sebagai makhluk yang sudah pasti Allah ciptakan berpasangan, aku merindukan perjumpaan dengannya.

Nah, lho, perjumpaan dengan siapa?

Aku merindukan perjumpaan dengan dia yang menjadi belahan jiwaku. Dia yang akan menyelimutiku dalam ketergigilan. Dia yang akan menjadi penenangku dalam kegelisahan. Dia yang akan memercikiku dalam kemalasan untuk berdiri di sepertiga malam. Dia yang akan mempersembahkan indahnya Ar-Rahman, melantunkan Maryam yang menawan. Dia yang akan selalu tersenyum dalam setiap kelelahanku. Dia yang akan memanjakan diri di hadapanku. Dia yang akan mengajakku bermunajat dan merayakan cinta. Dia yang semakin aku urai, semakin aku merindukannya. Dia yang sama sekali aku tak tahu berasal dari mana, namanya siapa, seperti apa orangnya. Ah, terkadang kerinduan ini begitu membuatku pilu, namun juga terkadang membuatku tersipu. Maha besar Allah yang telah mengaruniakan kerinduan ini.

Ust Salim A Fillah (Baca: Penulis Saksikan Bahwa Aku Seorang Muslim) menyampaikan bahwa orang suci menjaga kesuciannya dengan pernikahan, menjaga pernikahannya dengan kesucian. Aku begitu bersyukur jika aku termasuk ke dalam golongan orang yang seperti itu, yang menjaga kesuciannya dengan pernikahan dan menjaga pernikahannya dengan kesucian. Rasanya saat ini, jauh panggang dari api. Aku ini bukan orang suci. Ingin sekali rasanya, aku – dan aku percaya para pembaca pun punya keinginan yang sama denganku – untuk menjadi orang suci dan melakukan sesuatu yang dilakukan oleh mereka, orang-orang suci. Orang-orang yang menjaga kesuciannya dengan pernikahan. Menjaga pernikahannya dengan kesucian. Indahnya. Ah, betapa indahnya.

Aku merasakan betul, betapa berat hidup membujang (jadi inget lagunya bang haji ni, kalo di film-film mungkin sudah ada back sound lagu dangdut yang menemaniku menuliskan curhatan ini). Selain pada diaryku, kepada siapa aku boleh bercumbu rayu? Kepada siapa aku boleh bergombal ria? Mengapa dia belum kunjung tiba? Halah, salahnya, mengapa aku begitu suka merangkai kata? Mengapa (ups! hati-hati, pertanyaan “mengapa” bisa menjerumuskanmu pada sikap menyalahkan takdir, lho! kata Aa Gym, Rasul itu jarang sekali atau bahkan tidak pernah samasekali bertanya “mengapa” semasa hidupnya)

Setahuku (yang pengetahuannya begitu terbatas ini) Allah telah menciptakan segala sesuatu berpasang-pasangan termasuk semua manusia, termasuk aku. Jadi, pasangan adalah sesuatu yang pasti. Sesuatu yang telah dijanjikan Allah. Tidak mungkin, manusia yang terlahir ke dunia ini tidak ada pasangannnya. Sekalipun sampai matinya manusia itu dalam keadaan sendiri, Allah telah menyiapkan pasangannya di kehidupan kedua yang lebih lama. Kira-kira begitulah kata salah seorang Ust. Entah di mana aku menemukannya. Entah di buku atau di ceramah-ceramah.

Terkadang, penantian ini menjadi begitu mengasikkan. Apalagi ketika semangat menulisku muncul seperti saat ini. Dalam kondisi tertentu hal ini menjadi sebuah manfaat yang tidaklah kecil, merangsang eksplorasi keterampilan menulisku. Tetapi juga sebetulnya sekaligus men-teror-ku, tentang sebuah kesiapan untuk menjemput si dia yang telah Allah janjikan untuk menggenapkan dien-ku, mengobati kerinduanku. Mewarnai hari-hariku. Menjadi jalan bertambahnya syukur dan ketersungkuranku dalam sujud panjang dengan mata yang rinai dan mulut yang lirih berucap hamdalah: Alhamdulillah, Alhamdulillahi Robbil Alamin.

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir” (QS. 30: 21)

Sumber:
dakwatuna

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

© Copyright PKS Gunungpati 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com | Redesign by Pratama Widodo.