YERUSALEM -- Ada perubahan dramatis dalam pola makan rakyat Palestina
karena krisis pangan yang diakibatkan blokade Israel. Kebijakan Israel
yang melarang pergerakan barang dan manusia telah menghantam ekonomi
Palestina.
Ketidakmampuan Palestina mengakses lahan pertanian
akibat larangan Israel dan keberadaan tembok pemisah di Tepi Barat telah
mengurangi hasil pertanian secara drastis. Dalam tekanan ini, warga
Palestina mulai meningkatkan konsumsi pada sereal, kentang,
kacang-kacangan, minyak sayur dan gula alih-alih pangan bergizi dan
lebih mahal seperti ikan tinggi protein, daging, buah segar dan sayuran
segar..
Pada 2003, puncak intifada kedua, Badan Pangan Dunia
(FAO) melaporkan bahwa menu makanan di Tepi Barat dan Jalur Gaza bahkan
lebih memiriskan. Kerap kali warga hanya bisa menyantap roti bersama
teh, tak ada makanan lain.
Terlepas kondisi tersebut, FAO tidak
merekomendasikan peningkatan bantuan pangan. Badan tersebut menyebutkan
isu yang paling utama yakni akses ekonomi secara bebas dan kemampuan
membeli makan harus segera diatasi. Dalam jangka panjang, itu berarti
pembukaan lapangan kerja, sedang dalam jangka panjang yakni investasi di
pertanian.
Namun, hampir satu dekade kemudian, para organisasi
bantuan masih fokus terhadap solusi jangka pendek dan sementara
ketimbang mengatasi problem utama. Kondisi itu sebenarnya terjadi juga
tak lepas dari ulah Israel yang terus mempersulit perekonomian
Palestina.
sumber: republika.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar