Cerita ini mengenai sebuah pengalaman spiritual yang saya alami yang
membuat saya hijrah. Hijrah yang atas izin-Nya beranjak dari
kejahiliyahan menuju cahaya yang terang. Hijrah yang insya Allah ke arah
yang lebih baik…
Sebuah pengalaman mengenai perjalanan saya untuk memiliki hubungan yang lebih dekat dengan Allah, diin-Nya dan Rasul-Nya
Bismillah…
Seperti kebanyakan orang, saya seseorang yang hanya beridentitas muslim dan mungkin jauh dari muslim sesungguhnya…
Semoga
Allah mengampuni dosa-dosa saya, baik dosa-dosa itu adalah karena
kebodohan saya, terlebih lagi dari kesadaran saya sendiri, baik yang
diketahui (sadari) maupun yang tidak disadari, Aamiin allahuma aamiin…
Flashback
ke 3 tahun belakang, ketika masih menikmati bangku perkuliahan, saya
merasa gaya hidup saya masih jauh dari gaya hidup yang islami.
Keseharian saya lebih banyak digunakan untuk hal-hal yang sifatnya
duniawi dan waktu dihabiskan oleh kegiatan-kegiatan kampus entah itu
kegiatan akademik maupun organisasi… Jarang sekali melakukan kegiatan
yang sifatnya ukhrawi, kegiatan yang mengisi kebutuhan ruhiyah. Shalat
jarang tepat waktu dan sering kali bolong. Baca Al-Quran? Mungkin hanya
dalam kesempatan tertentu saja. Qiyamulail? Jarang sekali
mengerjakannya…Saya jarang merasakan kenikmatan dan kekhusyu-an dalam
beribadah. Mungkin karena hati ini sudah tertutup tinta-tinta hitam dosa
yang saya lakukan. Pengetahuan tentang agama pun rendah. Jujur, saya
meningkatkan ibadah saya ketika saya ada maunya kepada Allah, seperti
ketika akan menghadapi UTS ataupun UAS. Astaghfirullah…
Jahilnya diri ini pada masa itu…
Tetapi………
Sungguh Allah azza wajalla sang maha pembolak balik hati umatnya…
Selama
semester 7-8, saya banyak merenung, introspeksi diri mengenai apa yang
sudah saya lakukan selama ini, saya berpikir umur sudah kepala dua tapi
kelakuan begini-begini saja, ibadah saya masih jauh dari kata sempurna,
belum ada perubahan dari sisi akhlak yang baik, pengetahuan agama pun
segitu-gitu saja. Duh malunya…
Saya merindukan diri saya yang dulu.
Saya
dibesarkan di keluarga dan lingkungan yang agamis. Ibu saya seorang
aktivis dakwah yang cukup rajin menghadiri dan memberikan ceramah di
majelis ta’lim. Kedua paman saya seorang ustadz dan tokoh agama dan
menjadi guru ngaji anak-anak dan pemuda termasuk saya. Alhamdulillah
saya termasuk murid yang menonjol dan berprestasi di antara yang lain.
Hafalan dan ngaji saya termasuk paling baik. Keseharian saya sering
diisi dengan kegiatan-kegiatan agama.
Yah saya rindu diri saya yang seperti itu…
Ada
pergolakan batin yang sangat kuat, hampir di setiap malam saya
menangis. Ada yang hilang dari diri saya. Malu dengan diri seperti ini,
Mengaku seorang muslim tapi akhlak belum mencerminkan seorang muslim
sejati. “Mau sampai kapan hidup saya seperti ini, mau sampai kapan hidup
saya tidak sesuai dengan apa yang dicontohkan Nabi Muhammad? Bagaimana
kalau besok saya meninggal dunia?” Pertanyaan-pertanyaan itu yang selalu
melintas di pikiran…
Dan saya sadar saya tidak boleh berdiam diri saja dengan kondisi seperti ini.
Ditambah lagi, saya mempunyai seorang sahabat yang sudah bersama saya selama 3 tahun. Kami tinggal satu kos-an selama 3 tahun itu. Sahabat yang sudah saya anggap seperti saudara sendiri. Sahabat yang menjadi salah satu motivasi saya untuk berubah. Dia lebih beruntung dari saya karena dia telah terlebih dahulu mendapatkan hidayah-Nya, melakukan perubahan dan bisa menikmati indahnya Islam dan manisnya iman…
Saya
iri pada sahabat saya ini (iri dalam artian positif). Dia memiliki
amalan yang lebih baik dari saya. Misalnya, ketika shalat Maghrib, dia
berjamaah di masjid, saya shalat di kos-an. Dia tilawah Al-Quran, saya
cengengesan sambil twitteran, Dia shalat subuh ke mesjid, saya baru
bangun jam 6…
Saya iri dia lebih baik dari saya. Iri karena dia
lebih shalih, lebih dekat dengan Allah. Saya malu dengan diri sendiri,
mau sampai kapan seperti ini. Saya berpikir, kalau dia saja bisa berubah
menjadi lebih baik, kenapa saya tidak?
Saya harus mulai bertobat,
Saya harus memperbaiki diri, bertahap namun pasti…
Saya ingin berubah menjadi seorang muslim sejati,
Saya ingin akhlak saya seperti Nabi Muhammad, saya ingin lebih dekat dengan Allah.
Dan
mungkin inilah yang disebut hidayah-Nya, Sebuah cahaya yang indah yang
masuk ke dalam hati. . Saya merasa berada dalam sebuah anugerah yang
tiada ternilai dari Dzat yang memiliki kerajaan langit dan bumi. Sebuah
nikmat yang luar biasa besar. Sebuah cinta yang begitu sulit untuk
diungkapkan. Ada semangat yang luar biasa untuk memiliki hubungan yang
lebih dekat dengan-Nya. Semangat untuk mendapatkan Cinta dan Ridha-Nya.
Semangat
itu dimulai dengan memperbaiki ibadah, saya memperbaiki shalat fardhu
saya. Setiap shalat harus tepat waktu dan berjamaah. Kemudian saya mulai
membiasakan membaca Al-Quran setiap hari, di manapun dan kapan pun.
Semangat
itu makin lama semakin besar, saya tidak puas hanya dengan menjalankan
shalat fardhu saja, saya ingin melakukan shalat lain. Maka saya mulai
membiasakan untuk melakukan shalat-shalat sunat seperti shalat rawatib,
Dhuha, hajat, taubat dan qiyamul lail seperti tahajud dan witir. Semua
itu dilakukan secara bertahap dan karena selalu dilakukan setiap hari,
lama-lama itu menjadi sebuah kebiasaan, Alhamdulillah…
Ada
kebahagiaan yang luar biasa, ada ketenangan hati yang menjelma, ada rasa
syukur yang besar ketika saya bisa menjalani perintah-Nya dan itu
membuat saya merasa lebih dekat dengan-Nya.
Alhamdulillah…
Suatu ketika sahabat saya ini sadar tentang “perubahan” yang saya lakukan dan tiba-tiba memancing saya dengan sebuah pertanyaan “Fik mau cerita ga?”
Saya bergumam “Heuh tau aja ni orang kalau saya mau cerita”…
Dan
akhirnya pada malam itu saya curahkah perasaan saya, saya ceritakan
pengalaman spiritual yang saya alami, saya ungkapkan kemauan saya dan
alhamdulillah sahabat saya ini menanggapi dengan positif dan menyambut
dengan bahagia.
Dia berkata “Selama ini saya diam-diam amati Opik,
liat perubahan Opik, dan saya seneng banget ngeliatnya”. Alhamdulillah
Fik, Semoga bisa istiqamah. Mari kita melangkah bersama”
Rasa
syukur kepada Allah karena telah memberikan sahabat yang bisa mengajak
untuk lebih dekat dengan-Nya dan itu merupakan salah satu karunia besar
dalam hidup saya. Alhamdulillah Terima kasih sahabatku…
Semenjak
itu, persahabatan kami semakin akrab, kami saling mengingatkan ketika
salah, saling mengajak kepada kebaikan. Kami sering shalat berjamaah
bersama, tilawah Al-Quran bersama, dzikir bersama, mendengarkan siraman
rohani bersama. Saya semakin menyayangi sahabat saya ini karena Allah…
Ah indahnya ukhuwah islamiyah itu.
Hari
demi hari saya sangat menikmati dengan diri saya yang baru ini, saya
merasakan kenikmatan ketika saya beribadah, rasa syukur yang teramat
besar kepada Allah karena menjadi hamba-Nya yang terpilih untuk
mendapatkan ridha dan cinta-Nya melalui hidayah-Nya yang sangat manis.
Tak
berhenti di sana, ketika rasa haus akan pengetahuan agama semakin besar
dan di saat saya membutuhkan lingkungan dan teman-teman yang sama
seperti saya. Saya dipertemukan oleh sahabat saya ke seseorang yang
sudah saya kenal sebelumnya tapi tidak akrab. Senior saya di kampus,
seseorang yang saya ketahui merupakan ikhwan yang sangat baik, shalih
serta rendah hati dan saya sangat menghormati beliau. Beliau adalah
seorang murabbi.
Pada suatu rabu malam. Saya diajak oleh sahabat
saya ke sebuah majelis kecil. Waktu itu yang datang hanya bertiga, saya,
dia dan sang murabbi. Dalam kesempatan itu saya mencurahkan perasaan
saya, menceritakan pengalaman spiritual saya, serta mengungkapkan
kemauan saya kepada sang murabbi untuk bersedia membimbing saya dan ikut
bergabung dalam majelis kecil ini.
Bak pucuk dicinta ulam pun
tiba, sang murabbi menyambut bahagia dan mengamini niat saya. Saya luar
biasa bahagia mendengarnya dan bersyukur kepada Allah atas berkah ini.
Beliau berpesan:
“Berbahagialah
Fik dengan hidayah yang Allah berikan kepadamu dan jangan biarkan
hidayah itu berlalu darimu. Mintalah selalu kekokohan dan keistiqamahan
di atas iman kepada Dzat Yang Maha Mengabulkan doa. Teruslah mempelajari
agama Allah. Bergaullah dengan orang-orang shalih dan jauhi orang-orang
jahat yang dapat merancukan pemahaman agamamu serta membuatmu terpikat
dengan dunia. Semua ini sepantasnya Opik lakukan dalam upaya menjaga
hidayah yang Allah anugerahkan kepadamu. Jaga nikmat ini”
Ya
Allah, wahai Dzat Yang Membolak-balikkan hati tetapkanlah hati kami di
atas agama-Mu, di atas ketaatan kepada-Mu. Amin ya Rabbal ‘alamin ….
I pray to God with my heart, soul and body, every single day of my life
With every breath I solemnly promise. To try to live my life for you
Oh Allah, you did revive my soul and shone Your light into my heart
So pleasing you is now my only goal. Oh I love you so
Now I know how it’s like to have Your precious love in my life
Now I know how it feels to finally be at peace inside
I wish that everybody knew how amazingly feels to love you
I wish that everyone could see how Your love has set me free
Set me free and made me strong
Oh Allah, I’m forever grateful to You. Whatever I say could never be enough
You gave me strength to overcome my uncertainties and stand firm against all the odds
You are the One who did revive my soul. You shone Your light into my heart
So pleasing you is now my only goal. Oh I love you so
With every breath I solemnly promise. To try to live my life for you
Oh Allah, you did revive my soul and shone Your light into my heart
So pleasing you is now my only goal. Oh I love you so
Now I know how it’s like to have Your precious love in my life
Now I know how it feels to finally be at peace inside
I wish that everybody knew how amazingly feels to love you
I wish that everyone could see how Your love has set me free
Set me free and made me strong
Oh Allah, I’m forever grateful to You. Whatever I say could never be enough
You gave me strength to overcome my uncertainties and stand firm against all the odds
You are the One who did revive my soul. You shone Your light into my heart
So pleasing you is now my only goal. Oh I love you so
(Maher Zain – I Love You so)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar