Sejak kecil, Ismail begitu rajin beribadah. Ia sangat termotivasi
untuk mendalami ajaran agamanya. "Keluargaku mungkin jarang ke geraja,
tapi saya tidak pernah absen," kenang dia yang berasal dari Kanada.
Begitu aktif, hingga ia tak berhenti untuk berbicara tentang agama.
Setiap hari ia baca Alkitab, pergi ke gereja dan menyaksikan program
televisi tentang ajaran Kristen.
Rutinitas itu ia lakukan secara berulang. Pada satu titik, ada satu hal dalam dirinya yang hilang. Ia tidak mengetahui apa yang hilang dalam dirinya. Hatinya hampa. Pikirnya, ada hal yang harus diisi. Kekosongan inilah yang selanjutnya membawa dirinya kepada Islam.
"Apa yang membuat saya menjadi Muslim adalah masalah Ketuhanan Nabi Isa AS. Sepengetahuan saya, Islam menyatakan Isa itu bukan Tuhan melainkan Nabi yang diutus kepada umatnya guna membawa risalah Tuhan," papar dia.
Bermodalkan pemahaman itu, ia selidiki ajaran Islam. Begitu mendalam ia mengeksplorasinya hingga ia mendapat satu kesimpulan bahwa Islam adalah agama yang benar. Tidak ada keraguan dalam ajarannya.
"Disinilah saya mulai berkomitmen untuk tidak pernah meninggalkan ajaran Islam. Saya akan menjadi Muslim hingga nyawa ini kembali kepada-Nya," kata dia.
Banyak contoh yang Ismail dapat terkait kebenaran Islam. Salah satunya adalah Alquran. Kitab suci ini sejalan dengan ilmu pengetahuan. Apa yang terjadi di masa lalu, telah diceritakan dalam Alquran. Contoh lain, Alquran ini diturunkan 600 setelah Alkitab. Yang menarik, kenapa kita tidak mengikuti Alquran, seperti umat Nasrani tidak mengikuti Taurat.
"Saya percaya kita mempunyai Tuhan yang sama, Allah yang kita sapa dalam bahasa Arab, Ia adalah Tuhan yang terungkap dalam Musa pada Taurat, Isa pada Alkitab dan Alquran pada Muhammad," kata dia.
Semenjak Ismail menjadi Muslim, kehidupannya mulai membaik. Ia merasa lebih bahagia. "Ada perbedaan besar ketika saya masih non-Muslim," kenang dia.
Namun, ada satu hal menarik yang berasal dari pengalaman dirinya ketika mendalami Islam di sejumlah negara-negara Timur Tengah. Menurutnya, bagi Muslim yang berada di negara dengan penduduk mayoritas beragama Islam maka akan semua orang memiliki rasa hormat terhadap Islam dan Muslim.
Kondisi itu jelas berbeda ketika berada di negara Barat. Tidak semua masyarakat Barat menghormati Islam dan Muslim. Namun, itu tidak jadi masalah ketika sebagai Muslim dapat memainkan peranan untuk mempromosikan Islam.
"Cobalah tunjukan bagaimana prilaku seorang Muslim. Insya Allah, mereka akan memahami anda," kata dia. "Semoga Allah membimbing kita semua, seperti apa yang ia lakukan pada saya," kata dia.
sumber : republika.co.id
Rutinitas itu ia lakukan secara berulang. Pada satu titik, ada satu hal dalam dirinya yang hilang. Ia tidak mengetahui apa yang hilang dalam dirinya. Hatinya hampa. Pikirnya, ada hal yang harus diisi. Kekosongan inilah yang selanjutnya membawa dirinya kepada Islam.
"Apa yang membuat saya menjadi Muslim adalah masalah Ketuhanan Nabi Isa AS. Sepengetahuan saya, Islam menyatakan Isa itu bukan Tuhan melainkan Nabi yang diutus kepada umatnya guna membawa risalah Tuhan," papar dia.
Bermodalkan pemahaman itu, ia selidiki ajaran Islam. Begitu mendalam ia mengeksplorasinya hingga ia mendapat satu kesimpulan bahwa Islam adalah agama yang benar. Tidak ada keraguan dalam ajarannya.
"Disinilah saya mulai berkomitmen untuk tidak pernah meninggalkan ajaran Islam. Saya akan menjadi Muslim hingga nyawa ini kembali kepada-Nya," kata dia.
Banyak contoh yang Ismail dapat terkait kebenaran Islam. Salah satunya adalah Alquran. Kitab suci ini sejalan dengan ilmu pengetahuan. Apa yang terjadi di masa lalu, telah diceritakan dalam Alquran. Contoh lain, Alquran ini diturunkan 600 setelah Alkitab. Yang menarik, kenapa kita tidak mengikuti Alquran, seperti umat Nasrani tidak mengikuti Taurat.
"Saya percaya kita mempunyai Tuhan yang sama, Allah yang kita sapa dalam bahasa Arab, Ia adalah Tuhan yang terungkap dalam Musa pada Taurat, Isa pada Alkitab dan Alquran pada Muhammad," kata dia.
Semenjak Ismail menjadi Muslim, kehidupannya mulai membaik. Ia merasa lebih bahagia. "Ada perbedaan besar ketika saya masih non-Muslim," kenang dia.
Namun, ada satu hal menarik yang berasal dari pengalaman dirinya ketika mendalami Islam di sejumlah negara-negara Timur Tengah. Menurutnya, bagi Muslim yang berada di negara dengan penduduk mayoritas beragama Islam maka akan semua orang memiliki rasa hormat terhadap Islam dan Muslim.
Kondisi itu jelas berbeda ketika berada di negara Barat. Tidak semua masyarakat Barat menghormati Islam dan Muslim. Namun, itu tidak jadi masalah ketika sebagai Muslim dapat memainkan peranan untuk mempromosikan Islam.
"Cobalah tunjukan bagaimana prilaku seorang Muslim. Insya Allah, mereka akan memahami anda," kata dia. "Semoga Allah membimbing kita semua, seperti apa yang ia lakukan pada saya," kata dia.
sumber : republika.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar