Untuk memahami makna tauhid dan kalimat لا إله إلا الله, dapat dipahami dari beberapa ayat berikut ini.
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surat Al Isra’ ayat 57,
“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada
tuhan mereka, siapa diantara mereka yang lebih dekat (kepada Allah), dan
mereka mengharapkan rahmatNya serta takut akan siksaNya, sesungguhnya
siksa Tuhanmu adalah sesuatu yang (harus) ditakuti.”
Diterangkan
dalam ayat ini sanggahan terhadap orang-orang musyrik pada masa
jahiliyah, yang memohon atau berdoa kepada orang-orang yang shalih, oleh
karena itu, ayat ini mengandung suatu penjelasan bahwa perbuatan mereka
itu adalah syirik besar.
Maksudnya adalah bahwa orang-orang shalih sebelum itu merupakan
orang-orang yang mencari jalan kepada Allah dengan cara yang benar dan
bertauhid yang benar. Mereka berlomba-lomba dalam kebaikan dan
mendekatkan diri pada Allah. Mereka adalah orang-orang shalih yang
sangat mengharapkan rahmat Allah dan takut terhadap siksaanNya.
Kemudian, datang generasi berikutnya yang menganggap bahwa orang-orang
shalih itu mampu memberikan apa yang mereka minta sebagaimana Allah.
Mendekatkan diri pada Allah harus dengan orang-orang shalih tersebut.
Dapat
diambil kesimpulan dari ayat dalam surat Al Isra’ tersebut bahwa makna
tauhid dan syahadat “La Ilaha Illallah” yaitu : meninggalkan apa yang
dilakukan oleh orang orang musyrik, seperti menyeru (memohon) kepada
orang orang shalih dan meminta bantuan mereka.
Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman dalam surat Az Zukhruf 26-27, “Dan ingatlah ketika
Ibrahim berkata kepada bapak dan kaumnya : ‘Sesungguhnya aku membebaskan
diri dari apa yang kalian sembah, kecuali (Allah) Dzat yang telah
menciptakan aku, karena hanya Dia yang akan menunjukkan (kepada jalan
kebenaran).’”
Kata-kata Nabi Ibrahim kepada orang-orang kafir:
“Sesungguhnya saya berlepas diri dari apa yang kalian sembah, kecuali
(saya hanya menyembah) Dzat yang menciptakanku. ” Di sini beliau
mengecualikan Allah dari segala sesembahan.
Pembebasan (dari
segala sembahan yang batil) dan pernyataan setia (kepada sembahan yang
haq, yaitu : Allah) adalah makna yang sebenarnya dari syahadat “La Ilaha
Illallah.”
“Dan Nabi Ibrahim menjadikan kalimat syahadat ini
kalimat yang kekal pada keturunannya, agar mereka ini kembali (kepada
jalan yang benar).” (QS Az Zukhruf: 28 )
Ayat dalam surat Al
Baqarah yang berkenaan dengan orang-orang kafir, yang dikatakan oleh
Allah dalam firmanNya, “Dan mereka tidak akan bisa keluar dari neraka.”
(QS Al Baqarah)
Disebutkan dalam ayat tersebut, bahwa mereka
menyembah tandingan tandingan selain Allah, yaitu dengan mencintainya
sebagaimana mereka mencintai Allah, ini menunjukkan bahwa mereka
mempunyai kecintaan yang besar kepada Allah, meskipun demikian kecintaan
mereka ini belum bisa memasukkan mereka kedalam agama Islam.
Lalu
bagaimana dengan mereka yang cintanya kepada sesembahan selain Allah
itu lebih besar dari cintanya kepada Allah? Lalu bagaimana lagi
orang-orang yang cuma hanya mencintai sesembahan selain Allah, dan tidak
mencintai Allah?
Dari ayat dalam surat Al Baqarah tersebut
diambil kesimpulan bahwa penjelasan makna tauhid dan syahadat “La Ilaha
Illallah” yaitu : pemurnian kepada Allah yang diiringi dengan rasa
rendah diri dan penghambaan hanya kepadaNya.
“Mereka menjadikan
orang-orang alim dan pendeta-pendeta mereka sebagai tuhan-tuhan selain
Allah, dan (mereka mempertaruhkan pula) Al Masih putera Maryam, padahal
mereka itu tiada lain hanyalah diperintahkan untuk beribadah kepada satu
sembahan, tiada sembahan yang haq selain Dia. Maha suci Allah dari
perbuatan syirik mereka,” demikian firman Allah dalam surat At Taubah
ayat 31.
Diterangkan dalam ayat ini bahwa orang-orang ahli kitab
telah menjadikan orang-orang alim dan pendeta-pendeta mereka sebagai
tuhan-tuhan selain Allah, dan dijelaskan pula bahwa mereka hanya
diperintahkan untuk menyembah kepada satu sesembahan, dan menurut
penafsiran yang sebenarnya mereka itu hanya diperintahkan untuk taat
kepadanya dalam hal-hal yang tidak bermaksiat kepada Allah, dan tidak
berdoa kepadanya.
”Diantara sebagian manusia ada yang menjadikan
tuhan-tuhan tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana
mereka mencintai Allah, adapun orang-orang yang beriman lebih besar
cintanya kepada Allah.” (QS. Al Baqarah, 165).
Diriwayatkan dalam Shahih Muslim,
bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Barang siapa
yang mengucapkan لا إله إلا الله, dan mengingkari sesembahan selain
Allah, maka haramlah harta dan darahnya, adapun perhitungannya adalah
terserah kepada Allah.”
Ini adalah termasuk hal yang penting
sekali yang menjelaskan pengertian لا إله إلا الله . Sebab apa yang
dijadikan Rasulullah sebagai pelindung darah dan harta bukanlah sekedar
mengucapkan kalimat itu dengan lisan atau memahami arti dan lafadznya,
atau mengetahui akan kebenarannya, bahkan bukan pula karena tidak
meminta kecuali kepada Allah saja, yang tiada sekutu bagiNya, akan
tetapi harus disertai dengan tidak adanya penyembahan kecuai hanya
kepadaNya. Jika dia masih ragu atau bimbang, maka belumlah haram dan
terlindung harta dan darahnya.
Betapa besar dan pentingnya
penjelasan makna لا إله إلا الله yang termuat dalam hadits ini, dan
betapa jelasnya keterangan yang dikemukakannya, dan kuatnya argumentasi
yang diajukan bagi orang-orang yang menentangnya.
Sumber:
1. Kitab Tauhid Alladzi Huwa Haqqullah ‘Alal ‘Ibad
2. fimadani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar